Monday, August 13, 2007

Tukang koran dan hujan

*penulis: Dwi Nurviyandari

Judul diatas adalah penggalan menarik dari keseharian beberapa teman-teman di Kagoshima . Jadi lebih menarik karena selain suami (Mas rahmat) adalah pengantar Koran (pengoran) saya juga mantan pengoran. Hampir 2 tahun ikutan ngoran membuat saya bisa merasakan beratnya nganter koran saat tsuyu (musim hujan).

Apa istimewanya (kalau ga mau dibilang susahnya) ngoran saat hujan?? Sedikit cerita buat teman-teman yg ingin merekonstruksi dalam hayalan kisah para pengoran ini. Saat hujan apalagi hujan deras campur halilintar (kayak tadi pagi, red. 11 Juni 2007) koran tetap terbit dan harus diantarkan langsung oleh para pengoran sampai ke depan pintu pelanggan walaupun ada di lantai lima paling pojok yg gelap. Tidak pernah ada dalam kamus insan pers (pengoran) libur karena hujan deras dan koran boleh diantarkan pada hari berikutnya. Kalau kebijakan ini ada, mungkin para pengoran bisa tetap enjoy walaupun dengar tenki joho (perkiraan cuaca) yang isinya besok hujan amat sangat deras akan turun di Kagoshima.

Kappa (jas hujan) adalah perlengkapan minimal yg wajib hukumnya dimiliki oleh tukang koran. Walaupun selain kappa sepatu boot yg tahan air juga enak dan dibutuhkan saat ngoran musim hujan tapi yang ini hukumnya tidak wajib. Saat musim hujan suhu di Kagoshima sudah berkisar antara 28-32 derajat celcius, hampir tidak jauh beda dengan musim panas. Selain koran yg harus dibungkus plastik supaya tidak basah, tentunya pengorannya pun harus dibungkus jas hujan agar tidak masuk angin dan masuk air. Memakai jas hujan tidak senyaman kita menggunakan jaket tebal saat musim dingin.

Mengayuh sepeda dan menaiki tangga dengan menggunakan jas hujan dan boot selain lebih berat juga terasa panas. Jas hujan mencegah adanya pertukaran udara di dalam tubuh jadilah tambah terasa panas dan lengket karena keringat. Sayangnya jas hujan ga bisa dilepas karena walaupun kadang hujan kadang berhenti dari pada repot biasanya pengoran lebih pilih jas hujan tetap di pakai.

Hujan yang sangat deras membuat jarak pandang berkurang, beban kayuh sepeda bertambah juga sedikit rasa takut kalau tiba-tiba ada kilat cahaya dilangit karena ada halilintar apalagi kalau suaranya menggelegar. Jadi jangan heran kalau liat teman-teman selesai nganter koran saat musim hujan akan tampak sangat lelah, ada bau yg kurang sedap (karena keringat) dan mata yg sayu karena mengantuk.

Diatas adalah sedikit gambaran dukanya tukan koran saat musim hujan. Tapi jangan salah ada duka ada juga suka-nya nganter koran saat musim hujan. Disaat hampir sebagian besar orang tidur lelap karena kecapekan dan juga suasana hujan yg memang menunjang tidur menjadi lebih nyaman, tukan koran sudah terjaga, kemudian wudhu dan punya kesempatan sholat malam sebelum berangkat. Hujan adalah waktu yg makbul untuk sebuah doa, jadi tukan koran pun tidak melepaskan kesampatan ini, tiap tangga yang dinaiki selalu teriring doa-doa (ikut mengaminkan doa semua tukan koran pagi ini).

Pada pagi ini Rabu, 11 Juni 2007 saat hujan deras turun, semua pengoran harus tetap bangun utk menjalankan tugasnya mengantarkan informasi penting dan hangat ke pada para pelanggan. Niat tukang koran yang mulia mencari nafkah untuk anak dan istri menjadi sebuah amalan baik untuk memulai hari ini.

*Dari yg sering nangis kalau ngeliat suaminya pulang nganter koran saat hujan deras

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home