Tukang koran dan hujan
*penulis: Dwi Nurviyandari
Judul diatas adalah penggalan menarik dari keseharian beberapa teman-teman di Kagoshima . Jadi lebih menarik karena selain suami (Mas rahmat) adalah pengantar Koran (pengoran) saya juga mantan pengoran. Hampir 2 tahun ikutan ngoran membuat saya bisa merasakan beratnya nganter koran saat tsuyu (musim hujan).
Apa “istimewa”nya (kalau ga mau dibilang “susah”nya) ngoran saat hujan?? Sedikit cerita buat teman-teman yg ingin merekonstruksi dalam hayalan kisah para pengoran ini. Saat hujan apalagi hujan deras campur halilintar (kayak tadi pagi, red. 11 Juni 2007) koran tetap terbit dan harus diantarkan langsung oleh para pengoran sampai ke depan pintu pelanggan walaupun ada di lantai lima paling pojok yg gelap. Tidak pernah ada dalam kamus insan pers (pengoran) libur karena hujan deras dan koran boleh diantarkan pada hari berikutnya. Kalau kebijakan ini ada, mungkin para pengoran bisa tetap enjoy walaupun dengar tenki joho (perkiraan cuaca) yang isinya besok hujan amat sangat deras akan turun di Kagoshima.
Kappa (jas hujan) adalah perlengkapan minimal yg wajib hukumnya dimiliki oleh tukang koran. Walaupun selain kappa sepatu boot yg tahan air juga enak dan dibutuhkan saat ngoran musim hujan tapi yang ini hukumnya tidak wajib. Saat musim hujan suhu di Kagoshima sudah berkisar antara 28-32 derajat celcius, hampir tidak jauh beda dengan musim panas. Selain koran yg harus dibungkus plastik supaya tidak basah, tentunya pengorannya pun harus dibungkus jas hujan agar tidak masuk angin dan masuk air. Memakai jas hujan tidak senyaman kita menggunakan jaket tebal saat musim dingin.
Mengayuh sepeda dan menaiki tangga dengan menggunakan jas hujan dan boot selain lebih berat juga terasa panas. Jas hujan mencegah adanya pertukaran udara di dalam tubuh jadilah tambah terasa panas dan lengket karena keringat. Sayangnya jas hujan ga bisa dilepas karena walaupun kadang hujan kadang berhenti dari pada repot biasanya pengoran lebih pilih jas hujan tetap di pakai.
Hujan yang sangat deras membuat jarak pandang berkurang, beban kayuh sepeda bertambah juga sedikit rasa takut kalau tiba-tiba ada kilat cahaya dilangit karena ada halilintar apalagi kalau suaranya menggelegar. Jadi jangan heran kalau liat teman-teman selesai nganter koran saat musim hujan akan tampak sangat lelah, ada bau yg kurang sedap (karena keringat) dan mata yg sayu karena mengantuk.
Diatas adalah sedikit gambaran dukanya tukan koran saat musim hujan. Tapi jangan salah ada duka ada juga suka-nya nganter koran saat musim hujan. Disaat hampir sebagian besar orang tidur lelap karena kecapekan dan juga suasana hujan yg memang menunjang tidur menjadi lebih nyaman, tukan koran sudah terjaga, kemudian wudhu dan punya kesempatan sholat malam sebelum berangkat. Hujan adalah waktu yg makbul untuk sebuah doa, jadi tukan koran pun tidak melepaskan kesampatan ini, tiap tangga yang dinaiki selalu teriring doa-doa (ikut mengaminkan doa semua tukan koran pagi ini).
Pada pagi ini Rabu, 11 Juni 2007 saat hujan deras turun, semua pengoran harus tetap bangun utk menjalankan tugasnya mengantarkan informasi penting dan hangat ke pada para pelanggan. Niat tukang koran yang mulia mencari nafkah untuk anak dan istri menjadi sebuah amalan baik untuk memulai hari ini.
*Dari yg sering nangis kalau ngeliat suaminya pulang nganter koran saat hujan deras
Softbank vs au
Cerita ini bukan perang antara 2 provider ketai alias HP di negerinya Abe san ini. Kisah sekedar kisah ini ditulis terinspirasi dari munculnya kubu Softbank dan au di antara komunitas orang Indonesia di Kagoshima.
Ceritanya begini:
Ting…ting…ting….ting…dst…dst….(ringtone `Ookina furu tokei` sekitar 10 detik-an lah) terdengar dari HP yg tergeletak di meja sebelah. Pemilik HP tsb –neng Lia-, mengangkat HP-nya:
Neng Lia : yup, ada apa? …bla…bla…bla….
Jeng X (maaf nama dirahasiakan demi keamanan ybs): eh neng kamu ada di lab? bla…bla…bla…
Neng Lia : sebentar ditanyain dulu….mpok Het, besok gimana nih acaranya?
Mpok Hetty : dari siapa?
Neng Lia : ini X nanyain buat acara besok.
Mpok Hetty : ya pokoknya mah gini…gitu…bla…bla…bla…
Neng Lia : oh gitu ya…ok!
Neng Lia : X… kata mpok Hetty gini gitu…bla…bla…bla…terus..bla..bla..bla…
Penelpon X : ok kalau gitu…arigatou ya
Klik! Berakhirlah acara telpon-menelpon antara neng Lia dan jeng X.
Kisah di lain waktu, ting…ting…ting..ting…selanjutnya…selanjutnya (ringtone `xxx` nya milik SMAP, samalah sekitar 10 detik-an) terdengar dari HP mpok Hetty, kemudian mpok Hetty angkat itu HP:
Mpok Hetty : halo Z (red. namapun dipalsukan dan disingkat), ada apa?
Mbak Z : mpok, ada neng Lia disebelah kan? Mau nanya soal…bla..bla…bla….
Mpok Hetty : eh neng Lia, ini Z nanyain caranya bla..bla…bla….?
Neng Lia : oh itu mah begini..begitu…bla..bla..bla…
Mpok Hetty : Z, kata neng Lia mah gini…gitu…sono…sini…bla.bla..bla..
Mbak Z : kalo pake cara bla..bla..sana..sini…bla..bla…bla…gimana bisa?
Mpok Hetty : eh neng, kalo pake cara kesana kesini…bla…bla..bla…dou?
Neng Lia : hemmm boleh juga kalee? coba aja….
Mpok Hetty : kata neng Lia dicoba aja.
Mbak Z : bilang ke neng Lia, arigatou. Makasih juga ya mpok.
Mpok Hetty : yoi Z, disampein ke neng Lia. Neng, kata Z nuhun.
Neng Lia: sama2…
Mpok Hetty : kata neng Lia sama2, Z.
Klik! Pembicaraan yang melelahkan itupun berakhir.
Kok melelahkan? Ya bagaimana tidak melelahkan, semenjak kawan-kawan disini terbagi dalam 2 kubu; neng Lia dan X (serta beberapa kawan lainnya) yang pengguna au VS mpok Hetty dan Z (serta sisa dari jumlah orang Indonesia di Kagoshima minus kawan-kawan pengguna au tadi) yang pindah ke Softbank (gara-gara isu HP Softbank bisa dipake di Indonesia dan isu white-plan-nya nih! Padahal provokatornya sudah cabut dari Kagoshima!), mau ngobrol `langsung` semakin sulit dan terbatas !
Untuk neng Lia dan mpok Hetty yang satu lab sih lumayan menguntungkan, masih bisa saling menjembatani silang percakapan yang aneh bin ajaib seperti ini, simbiosis mutualisme kali ya? Sekarang bagaimana dengan kawan-kawan lain yang tidak seperti neng Lia dan mpok Hetty?
Tentunya untuk menelpon kawan yang menggunakan au, mpok Hetty akan mikir-mikir 1000x (kecuali memang sangat sangat penting) secara nelpon ke lain provider biayanya 21 yen/30 detik!! Belum lagi kalau mpok Hetty ngobrol tidak bisa 1-2 menit (^-^). Dan tentunya hal yang sama pun akan terpikir oleh neng Lia untuk menelpon kawan-kawan pengguna Softbank, walaupun neng Lia memiliki fasilitas gakuwari (emang top markotobbb ngasih diskon 20% utk nelpon non-au dan sesama au 50%!!! hidup pelajar!!) utk memangkas biaya pengeluaran HP/bulannya.
Susahnya kalau penelpon pengguna Softbank lagi butuh neng Lia, padahal neng Lia dan mpok Hetty lagi nggak bareng di 1 tempat…benar-benar repot!
Kalau mpok Hetty dan neng Lia lagi nggak bareng dilab, ada sih alternatif lain, pakai fasilitas mailnya HP. Memang lumayan capek ketak-ketik secara tombol keypad HP tidak segede tombol-tombol di laptop atau PC. Yah, daripada nelpon yang bisa lebih buas mengurangi `gaji` bulanan, terpaksa mail HP diandalkan demi mengamankan pengeluaran ini ...hehehe.
Di luar `perseteruan` Softbank dan au di atas, untungnya kita masih memiliki kecanggihan teknologi lainnya, walau masih memiliki kelemahan khususnya bagi mereka yang tidak bisa atau males buka akses ini, tapi sudah pasti harganya jauh lebih murah (terkadang bisa gratis euy!)…yuup INTERNET!!!